Beranda | Artikel
Apakah Engkau Ingin Menjadi Pembuka Pintu-Pintu Kebaikan? (Bag. 3)
Minggu, 23 September 2018

Baca pembahasan sebelumnya Apakah Engkau Ingin Menjadi Pembuka Pintu-Pintu Kebaikan? (Bag. 2)

Kedua: Mentauhidkan Allah dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya

Harus kita ketahui bahwa pembuka terbesar pintu-pintu kebaikan secara mutlak adalah mentauhidkan Allah Ta’ala dan mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya. Tauhid adalah pembuka pintu kebaikan dan pembuka pintu surga.

Dari sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مفتاح الجنة شهادة أن لا اله إلا الله

“Pembuka (pintu) surga adalah kalimat syahadat laa ilaaha illallah.(HR. Al-Bazzar dalam Musnad no. 2660)

Hadits di atas, meskipun sanadnya bermasalah karena Syahr bin Hausab tidak mendengar dari Mu’adz bin Jabal, namun makna hadits di atas adalah shahih, tidak ada keraguan di dalamnya.

Karena meskipun sanad hadits di atas bermasalah, namun makna teks hadits tersebut didukung dan dikuatkan oleh dalil-dalil lain yang sangat banyak dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Diantaranya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ – أَوْ فَيُسْبِغُ – الْوَضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ إِلَّا فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ

“Tidaklah salah seorang di antara kalian yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian mengucapkan, ‘Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah’, kecuali akan dibukakan delapan pintu surga untuknya, dan dia boleh masuk dari pintu mana saja.” (HR. Muslim no. 234)

Sehingga tauhid adalah pembuka pintu surga. Seseorang tidak bisa masuk surga kecuali dengan memilikinya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berbicara tentang orang-orang kafir,

لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ

“Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga hingga unta masuk ke lubang jarum.” (QS. Al-A’raf [7]: 40)

Surga tidaklah mungkin dimasuki kecuali dengan mewujudkan tauhid. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ إِلَّا نَفْسٌ مُؤْمِنَةٌ

“Tidaklah masuk surga kecuali jiwa yang beriman.” (HR. Ahmad no. 594, Tirmidzi no. 871, Al-Hakim 2: 331. Dinilai shahih oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz-Dzahabi. Disetujui pula oleh Al-Albani dalam Al-Irwa’ 4: 301)

Inti dari tauhid adalah kalimat “laa ilaaha illallah”, inilah pintu surga itu. Namun, kunci surga ini tidaklah bisa berfungsi kecuali jika seorang hamba mewujudkan syarat-syaratnya. Oleh karena itu, ketika seseorang bertanya kepada Wahab bin Munabbih rahimahullah (salah seorang ulama besar generasi tabi’in), “Bukankah kalimat ‘laa ilaaha illallah’ itu adalah kunci surga?” maka beliau rahimahullah menjawab,

بَلَى ، وَلَكِنْ لَيْسَ مِفْتَاحٌ إِلاَّ لَهُ أَسْنَانٌ ، فَإِنْ جِئْتَ بِمِفْتَاحٍ لَهُ أَسْنَانٌ فُتِحَ لَكَ ، وَإِلاَّ لَمْ يُفْتَحْ لَكَ

“Benar. Akan tetapi, tidak ada sebuah kunci kecuali pasti memiliki gerigi. Jika Engkau memasukinya dengan kunci yang memiliki gerigi, maka pintu tersebut akan terbuka. Namun jika tidak memiliki gerigi, maka pintu tersebut tidak akan terbuka.” (HR. Bukhari dengan shighat ta’liq di Kitab Al-Janaiz, Bab “Man Kaana Akhiru Kalaamihi Laa ilaaha Illallah”, 5: 76)

Oleh karena itu, kalimat tauhid tidaklah bermanfaat bagi orang yang mengucapkannya kecuali dengan mewujudkan syarat-syaratnya, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh berbagai dalil dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta telah dibahas panjang lebar di dalam kitab-kitab yang membahas tentang tauhid.

Di sini kami sebutkan secara ringkas syarat-syarat tersebut, yaitu: (1) ilmu, yang meniadakan kebodohan; (2) yakin, yang meniadakan keraguan dan kebimbangan; (3) jujur, yang menafikan kedustaan; (4) ikhlas, yang meniadakan syirik dan riya’; (5) mahabbah (rasa cinta), yang meniadakan kebencian; (6) inqiyad (ketundukan dalam amal perbuatan), yang meniadakan meninggalkan (amal); dan (7) al-qabul (menerima dalam hati), yang meniadakan penolakan.

Dalil-dalil yang menunjukkan syarat-syarat tersebut bisa dilihat dan dibaca di tulisan-tulisan lain yang secara khusus membahas hal tersebut.

Kalimat yang agung ini, yaitu kalimat tauhid, wajib dimiliki dan diwujudkan oleh seseorang yang hendak membuka pintu-pintu kebaikan bagi dirinya sendiri. Dia wajib merealisasikan tauhid kepada Allah Ta’ala, mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya, dia menujukan seluruh amal ibadah dan ketaatannya untuk mencari ridha Allah Ta’ala. Mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan melakukan berbagai macam ibadah dan berinteraksi dengan baik kepada sesama manusia. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.(QS. Al-Insaan [76]: 9)

[Bersambung]

***

@Bornsesteeg NL 6C1, 2 Syawwal 1439/ 16 Juni 2018

Oleh seorang hamba yang sangat butuh ampunan Rabb-nya,

Penulis: M. Saifudin Hakim

Artikel: Muslim.Or.Id

 

Referensi:

Disarikan dari kitab Kaifa takuunu miftaahan lil khair karya Syaikh ‘Abdurrazaq bin ‘Abdul Muhsin Al-Badr, hal. 13-17.

🔍 Nasib Orang Kristen Di Akhirat Menurut Islam, Hukum Belajar Tajwid, Ingkar Mungkar, Rumaysho Store, Aku Ingin Sukses Ya Allah


Artikel asli: https://muslim.or.id/42471-apakah-engkau-ingin-menjadi-pembuka-pintu-pintu-kebaikan-bag-3.html